Langsung ke konten utama

Menghadapi individu atau sekelompok orang dalam organisasi yang melakukan tindakan di luar norma dan aturan tanpa merasa bersalah atau malu, dan yang mungkin juga mengalami gangguan atau kelainan jiwa

https://pixabay.com/id/photos/kuda-bermain-seru-satwa-kuda-poni-1396651/


Menghadapi individu atau sekelompok orang dalam organisasi yang melakukan tindakan di luar norma dan aturan tanpa merasa bersalah atau malu, dan yang mungkin juga mengalami gangguan atau kelainan jiwa, memerlukan pendekatan yang terintegrasi dan komprehensif. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menangani situasi ini secara efektif:


1.Identifikasi dan Penilaian Profesional

- Evaluasi Psikologis:

Anjurkan individu untuk menjalani evaluasi oleh seorang profesional kesehatan mental seperti psikolog atau psikiater untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

- Penilaian Kesehatan Kerja:

Libatkan spesialis kesehatan mental untuk memahami dampak gangguan tersebut pada kinerja dan perilaku di tempat kerja.


2. Pendekatan Empatik dan Dukungan

- Pendekatan Empatik: Berikan dukungan dengan pendekatan penuh empati dan pemahaman, mengakui bahwa individu mungkin mengalami kesulitan yang mempengaruhi perilaku mereka.

- Konseling dan Dukungan: Sediakan akses ke konseling atau layanan dukungan kesehatan mental melalui program bantuan karyawan atau rujukan ke spesialis.


3. Penyesuaian Lingkungan Kerja

- Penyesuaian Tugas: Jika memungkinkan, lakukan penyesuaian terhadap tugas atau lingkungan kerja untuk mengurangi stres dan tekanan yang mungkin memperburuk kondisi mereka.

- Fleksibilitas: Pertimbangkan fleksibilitas dalam jadwal kerja atau beban kerja untuk membantu individu mengelola kondisi mereka lebih baik.


4. Menetapkan dan Menegakkan Kebijakan dan Aturan yang Jelas

- Kebijakan dan Kode Etik: Pastikan organisasi memiliki kebijakan dan kode etik yang jelas mengenai perilaku yang dapat diterima dan tidak diterima.

- Sosialisasi: Komunikasikan kebijakan ini secara rutin kepada semua anggota organisasi untuk memastikan semua orang memahaminya.


5. Pelatihan dan Pendidikan

- Pelatihan Etika dan Kepatuhan: Adakan pelatihan reguler tentang etika dan kepatuhan untuk membantu anggota organisasi memahami pentingnya berperilaku sesuai dengan norma dan aturan.

- Pengembangan Karakter: Program pengembangan karakter dan kepemimpinan yang menekankan integritas dan tanggung jawab dapat membantu membangun budaya organisasi yang lebih kuat.


6. Pemantauan dan Pengawasan

- Audit dan Inspeksi Rutin: Lakukan audit dan inspeksi rutin untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur organisasi.

- Sistem Pelaporan: Sediakan saluran pelaporan yang aman dan anonim bagi anggota organisasi untuk melaporkan perilaku yang menyimpang.


7. Menciptakan Budaya Akuntabilitas

- Akuntabilitas Personal: Dorong akuntabilitas personal dengan menekankan pentingnya tanggung jawab individu terhadap tindakan mereka.

- Akuntabilitas Kolektif: Libatkan seluruh tim atau departemen dalam upaya mempertahankan standar etika yang tinggi, sehingga setiap anggota merasa bertanggung jawab terhadap budaya organisasi secara keseluruhan.


8. Tindakan Disipliner yang Tepat

- Pendekatan Proporsional: Jika perilaku menyimpang tetap berlanjut, ambil tindakan disipliner yang proporsional dengan mempertimbangkan kondisi kesehatan mental individu tersebut.

- Konsultasi dengan Ahli: Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental sebelum mengambil tindakan disipliner untuk memastikan bahwa tindakan yang diambil tidak memperburuk kondisi individu.


9. Kepemimpinan yang Tegas dan Beretika

- Teladan dari Pimpinan: Pimpinan organisasi harus menjadi teladan dalam menerapkan etika dan kepatuhan, karena perilaku mereka akan diikuti oleh anggota lainnya.

- Komunikasi Terbuka: Pemimpin harus mengomunikasikan secara terbuka tentang pentingnya etika dan kepatuhan, serta mendukung anggota yang menunjukkan perilaku positif.


10. Membangun Budaya Positif

- Penghargaan dan Pengakuan: Berikan penghargaan dan pengakuan kepada anggota yang menunjukkan perilaku yang sesuai dengan norma dan aturan organisasi.

- Lingkungan Kerja yang Mendukung: Ciptakan lingkungan kerja yang mendukung di mana anggota merasa dihargai dan didukung untuk berperilaku sesuai dengan norma dan aturan.


Baca juga : Pekerja Innocent

 

Kesimpulan

Menghadapi individu yang tidak merasa bersalah atau malu meskipun melanggar norma dan aturan organisasi, terutama jika mereka mengalami gangguan atau kelainan jiwa, memerlukan pendekatan yang holistik dan sensitif. Langkah-langkah ini melibatkan identifikasi dan penilaian profesional, dukungan empatik, penyesuaian lingkungan kerja, kebijakan inklusif, pelatihan, pemantauan, akuntabilitas, tindakan disipliner yang tepat, serta kepemimpinan yang tegas dan beretika. Dengan dukungan yang memadai dan lingkungan kerja yang inklusif, individu dengan masalah kesehatan mental dapat tetap berkontribusi secara efektif dalam organisasi.


AG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membaca Karakteristik Seseorang dari Sebuah Foto

Membaca Karakteristik Seseorang dari Sebuah Foto Karakter manusia adalah salah satu aspek paling kompleks dari keberadaan kita. Karakter dibentuk oleh berbagai faktor termasuk genetik, lingkungan, pengalaman hidup, dan interaksi sosial. Mempelajari karakter seseorang bisa menjadi tantangan, namun sering kali kita bisa mendapatkan wawasan tentang karakter seseorang melalui observasi visual, seperti dari sebuah foto. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana membaca karakteristik seseorang dari sebuah foto dan apa yang bisa kita pelajari dari ekspresi, postur, dan elemen-elemen lain dalam gambar. Pemahaman Dasar tentang Karakter Manusia Karakter manusia mencakup serangkaian sifat yang menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Sifat-sifat ini bisa dibagi menjadi beberapa kategori, seperti: Sifat Ekstrovert vs Introvert. Sejauh mana seseorang mendapat energi dari interaksi sosial atau dari waktu sendiri. Sifat Tertutup vs Terbuka.  Kecenderungan untuk ...

Bimbingan Organisasi RAPI

Bimbingan Organisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh RAPI dalam upaya pembinaan dan pengembangan organisasi untuk penerimaan anggota baru, yang merupakan syarat utama untuk menjadi Anggota RAPI. Pengurus RAPI Provinsi bertanggung jawab atas kegiatan ini dan mengeluarkan Sertifikat Bimbingan Organisasi. Pengurus RAPI Kabupaten bertindak sebagai pelaksana kegiatan Bimbingan Organisasi. Sertifikat Bimbingan Organisasi diberikan kepada peserta yang mengikuti kegiatan ini, ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris RAPI Provinsi, dan sertifikat ini bukan satu satunya yang merupakan bukti keanggotaan RAPI. Maksud dan Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Organisasi adalah memberikan pembinaan kepada Calon Anggota Baru dan Anggota RAPI yang belum pernah mengikuti kegiatan tersebut, agar mereka dapat lebih memahami Kegiatan, Tata Cara, dan Peraturan berkomunikasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART RAPI). Hal ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada ...

Meminta Perhatian dengan Menyindir Orang Lain adalah Otoriter Halus

Lo pernah nggak, niatnya mau peduli sama orang lain, eh malah jadi males gara-gara ada yang nyindir-nyindir lewat status? Gue baru ngalamin, dan jujur… bikin mikir juga sih. Gue termasuk orang yang kalau ngomong ya jujur aja, nggak suka basa-basi. Kalau lagi kesusahan pun, gue lebih milih jalanin sendiri tanpa harus bikin status supaya orang lain notice. Misalnya gue pernah ngalamin kondisi paling sulit: nggak ada uang buat makan sehari-hari atau bahkan kesusahan cari tumpangan buat jalan. Karena gue hidup mandiri dan statusnya buruh, ya mau nggak mau gue harus ngandalin gaji bulanan buat bertahan. Tapi meski begitu, gue jarang bahkan hampir nggak pernah ngumbar kesulitan itu ke media sosial. Kalau pun gue bikin status atau upload sesuatu, biasanya bukan tentang susahnya hidup, tapi lebih ke kerja keras atau usaha gue. Buat gue, itu semacam pengingat dan cambuk motivasi. Gue rasa, nggak ada gunanya bikin orang lain tahu penderitaan l...