Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Filsafat

Gustavo Petro di Sidang PBB: Macan Latin dan Cermin Buram untuk Indonesia

Sidang Majelis Umum PBB 2025 seolah jadi panggung yang biasa diwarnai pidato diplomatis penuh basa-basi. Para pemimpin dunia naik ke podium dengan wajah tenang, melempar jargon perdamaian, melukis janji-janji manis, lalu turun lagi untuk melanjutkan transaksi politik dan ekonomi yang justru memperpanjang penderitaan rakyat. Seringkali, panggung itu hanyalah etalase kepalsuan global. Namun, kali ini ada satu suara yang benar-benar berbeda. Gustavo Petro, Presiden Kolombia, tampil bukan sebagai diplomat yang sekadar menghibur kamera, melainkan sebagai macan Latin yang mengaum di hadapan elit dunia. Ia menelanjangi kerakusan negara-negara industri, mengutuk kapitalisme hijau yang hanya kedok untuk melanjutkan eksploitasi, dan menyorot hipokrisi negara-negara kaya yang pura-pura peduli perdamaian. Petro tidak datang untuk menjual citra. Ia datang dengan keberanian yang jujur: suara Selatan Global yang menolak tunduk. Che Guevara pernah mengatakan bahwa kemurkaan terhadap ketida...

SENYUM YANG DIAM, KATA YANG BERSEMBUNYI

"Senyum yang Diam, Kata yang Bersembunyi" Kadang, yang paling menyakitkan bukanlah perdebatan yang panas, tapi kesepakatan yang palsu. Senyum yang tidak jujur, anggukan yang hanya demi kenyamanan, dan kritik yang tidak pernah hadir di ruang diskusi, tapi tumbuh liar di ruang gosip.

BILIAR DAN PEREMPUAN

ESSAY Di Meja yang Sama: Tentang Bola, Perempuan, dan Rasa Hormat Saya juga nggak tahu sejak kapan pertama kali pernah main biliar bareng perempuan. Awalnya cuma ajakan santai. Lama-lama jadi semacam ruang pelarian. Mungkin karena penat. Mungkin karena butuh waktu buat diri sendiri. Atau mungkin karena di meja hijau atau merah atau juga biru itu, hidup terasa lebih masuk akal. Kami datang dari mana-mana. Ada yang habis kerja kantor, ada yang freelance, ada yang... ya begitulah, kerja tapi nggak jelas kantornya di mana. Tapi begitu stik mulai dipegang, semua lepas. Nggak ada urusan jabatan. Nggak ada soal siapa lebih tua. Yang dihargai cuma satu: siapa yang bisa baca arah dan tahu kapan harus tenang. Laki-laki dan perempuan main bareng, belajar bareng, bahkan saling ngalahin—bukan dalam hal ego, tapi dalam strategi dan feeling. Dan dari situ setelah sekian lama saya pelan-pelan sadar: Perempuan itu nggak pernah kekurangan ruang. Yang sering kurang, justru laki-laki yang terk...

Rasa Kecewa : Sebuah Refleksi Emosional

Kecewa adalah salah satu emosi paling mendalam yang dialami manusia. Rasa kecewa muncul ketika harapan yang telah kita bangun tidak terpenuhi. Harapan ini bisa berasal dari orang lain, situasi, atau bahkan dari diri sendiri. Ketika realitas tidak sesuai dengan ekspektasi, perasaan kosong dan pahit seringkali muncul, menciptakan luka emosional yang sulit diabaikan. Asal Usul Rasa Kecewa Rasa kecewa berakar pada harapan. Setiap orang memiliki ekspektasi terhadap sesuatu, baik itu hubungan, pekerjaan, atau kehidupan secara umum. Ketika ekspektasi ini tidak terpenuhi, muncul jurang antara apa yang diinginkan dan kenyataan yang terjadi. Jurang inilah yang menjadi dasar dari perasaan kecewa. Misalnya, dalam hubungan sosial atau romantis, seseorang mungkin berharap bahwa orang lain akan memenuhi harapannya, seperti perhatian, kasih sayang, atau pengertian. Ketika hal itu tidak terjadi, kekecewaan pun muncul. Begitu juga dalam konteks karier, di mana seseorang mungkin berharap mend...