Langsung ke konten utama

Pekerja innocent

Di sebuah organisasi besar, terjadi fenomena yang cukup menggelitik sekaligus menjengkelkan. Bebqerapa anggota melakukan tindakan yang jelas melanggar norma dan aturan organisasi, namun mereka tidak menunjukkan rasa bersalah atau malu. Lebih buruk lagi, setelah beberapa waktu, diketah 11ui bahwa sebagian dari mereka mungkin mengalami gangguan atau kelainan jiwa yang mempengaruhi perilaku mereka.


Bab 1: Identifikasi Masalah

Suatu hari, Anna, manajer sumber daya manusia, menerima laporan tentang perilaku aneh dari beberapa anggota di departemen pemasaran. Perilaku ini mencakup pelanggaran kecil hingga besar, seperti memanipulasi data penjualan dan melewati prosedur persetujuan yang penting. Meski ditegur, para pelaku tidak menunjukkan penyesalan, bahkan beberapa di antaranya berkelakar tentang betapa 'kreatifnya' mereka.


Bab 2: Pendekatan Empatik

Anna merasa bahwa masalah ini lebih dalam dari sekadar pelanggaran aturan. Dia memutuskan untuk mendekati masalah ini dengan penuh empati. Dia mengadakan pertemuan pribadi dengan setiap anggota yang terlibat, mendengarkan cerita mereka, dan mencoba memahami akar dari perilaku mereka. Ketika berbicara dengan Bob, salah satu anggota yang paling sering membuat ulah, Anna mendapati dirinya tertawa karena Bob menceritakan kisah konyol tentang bagaimana ia menganggap kantor sebagai "hutan beton yang membutuhkan pahlawan super seperti dirinya."


Bab 3: Penilaian Profesional

Setelah evaluasi, ditemukan bahwa beberapa anggota memang mengalami gangguan atau kelainan jiwa. Misalnya, salah satu anggota, John, didiagnosis dengan gangguan kecemasan yang membuatnya merasa tertekan oleh aturan ketat, sehingga ia mencari jalan pintas untuk mengurangi stresnya. Saat ditanya mengapa ia terus melanggar aturan, John menjawab, "Aturan itu seperti jaring laba-laba, hanya mengganggu mereka yang tidak bisa terbang."


Bab 4: Penyesuaian Lingkungan Kerja

Berdasarkan hasil evaluasi, Anna bekerja sama dengan manajemen untuk membuat penyesuaian di lingkungan kerja. John diberikan jadwal kerja yang lebih fleksibel dan tugas yang lebih sesuai dengan kondisinya, mengurangi tekanan yang dia rasakan. Namun, John masih sesekali muncul dengan pakaian tidur karena merasa "lebih produktif saat nyaman."


Bab 5: Pelatihan dan Pendidikan

Untuk mencegah masalah serupa di masa depan, Anna mengadakan pelatihan etika dan kepatuhan bagi semua anggota. Dia juga mengembangkan program pengembangan karakter yang menekankan integritas dan tanggung jawab. Saat pelatihan, seorang peserta, Mike, berkelakar, "Jika aturan ini adalah buku, saya akan menjadikannya novel komedi terlaris."


Bab 6: Pemantauan dan Pengawasan

Organisasi juga meningkatkan pemantauan dan pengawasan melalui audit rutin dan sistem pelaporan anonim. Ini memungkinkan anggota untuk melaporkan pelanggaran tanpa takut akan pembalasan, memastikan bahwa semua tindakan tidak etis dapat segera ditangani. Namun, beberapa anggota mulai membuat laporan palsu hanya untuk melihat reaksi Anna yang kadang kala membuat mereka tertawa.


Bab 7: Menciptakan Budaya Akuntabilitas

Anna mendorong budaya akuntabilitas di organisasi. Dia memastikan bahwa setiap anggota memahami pentingnya tanggung jawab individu terhadap tindakan mereka. Melalui pertemuan rutin dan komunikasi terbuka, anggota merasa lebih bertanggung jawab dan terlibat dalam menjaga etika organisasi. Ketika Bob akhirnya mengakui kesalahannya, dia berkata, "Ternyata jadi superhero di kantor tidak semudah yang saya kira."


Bab 8: Tindakan Disipliner yang Tepat

Meski pendekatan empatik dan dukungan yang diberikan efektif bagi banyak anggota, ada beberapa yang tetap melanggar aturan. Untuk mereka, tindakan disipliner yang proporsional diterapkan, namun selalu dengan konsultasi dengan profesional kesehatan mental untuk memastikan bahwa tindakan tersebut tidak memperburuk kondisi individu. Saat diberi tindakan disipliner, Mike berkomentar, "Setidaknya ini lebih seru daripada rapat mingguan."


Bab 9: Kepemimpinan yang Tegas dan Beretika

Pemimpin organisasi, termasuk Anna, berusaha menjadi teladan dalam menerapkan etika dan kepatuhan. Mereka berkomunikasi secara terbuka tentang pentingnya nilai-nilai ini dan mendukung anggota yang menunjukkan perilaku positif. Salah satu pimpinan bahkan memasang poster bertuliskan, "Etika itu keren, coba deh!"


 Bab 10: Membangun Budaya Positif

Organisasi mulai memberikan penghargaan dan pengakuan kepada anggota yang mematuhi norma dan aturan. Lingkungan kerja yang mendukung diciptakan, di mana anggota merasa dihargai dan didukung untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Saat penghargaan diberikan, Bob berdiri dan berteriak, "Akhirnya! Sekarang saya resmi jadi superhero etika!"


 Epilog

Melalui serangkaian langkah ini, organisasi berhasil menciptakan budaya kerja yang lebih sehat dan produktif. Anggota dengan masalah kesehatan mental mendapat dukungan yang mereka butuhkan, sementara yang lain belajar untuk bertindak lebih etis dan bertanggung jawab. Pada akhirnya, organisasi tidak hanya mengatasi masalah perilaku menyimpang tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan. Di sela-sela keseriusan, selalu ada momen-momen kocak yang membuat perjalanan ini terasa lebih ringan dan penuh warna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membaca Karakteristik Seseorang dari Sebuah Foto

Membaca Karakteristik Seseorang dari Sebuah Foto Karakter manusia adalah salah satu aspek paling kompleks dari keberadaan kita. Karakter dibentuk oleh berbagai faktor termasuk genetik, lingkungan, pengalaman hidup, dan interaksi sosial. Mempelajari karakter seseorang bisa menjadi tantangan, namun sering kali kita bisa mendapatkan wawasan tentang karakter seseorang melalui observasi visual, seperti dari sebuah foto. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana membaca karakteristik seseorang dari sebuah foto dan apa yang bisa kita pelajari dari ekspresi, postur, dan elemen-elemen lain dalam gambar. Pemahaman Dasar tentang Karakter Manusia Karakter manusia mencakup serangkaian sifat yang menentukan bagaimana seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Sifat-sifat ini bisa dibagi menjadi beberapa kategori, seperti: Sifat Ekstrovert vs Introvert. Sejauh mana seseorang mendapat energi dari interaksi sosial atau dari waktu sendiri. Sifat Tertutup vs Terbuka.  Kecenderungan untuk ...

Bimbingan Organisasi RAPI

Bimbingan Organisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh RAPI dalam upaya pembinaan dan pengembangan organisasi untuk penerimaan anggota baru, yang merupakan syarat utama untuk menjadi Anggota RAPI. Pengurus RAPI Provinsi bertanggung jawab atas kegiatan ini dan mengeluarkan Sertifikat Bimbingan Organisasi. Pengurus RAPI Kabupaten bertindak sebagai pelaksana kegiatan Bimbingan Organisasi. Sertifikat Bimbingan Organisasi diberikan kepada peserta yang mengikuti kegiatan ini, ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris RAPI Provinsi, dan sertifikat ini bukan satu satunya yang merupakan bukti keanggotaan RAPI. Maksud dan Tujuan Tujuan dari pelaksanaan Bimbingan Organisasi adalah memberikan pembinaan kepada Calon Anggota Baru dan Anggota RAPI yang belum pernah mengikuti kegiatan tersebut, agar mereka dapat lebih memahami Kegiatan, Tata Cara, dan Peraturan berkomunikasi sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART RAPI). Hal ini juga bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada ...

Meminta Perhatian dengan Menyindir Orang Lain adalah Otoriter Halus

Lo pernah nggak, niatnya mau peduli sama orang lain, eh malah jadi males gara-gara ada yang nyindir-nyindir lewat status? Gue baru ngalamin, dan jujur… bikin mikir juga sih. Gue termasuk orang yang kalau ngomong ya jujur aja, nggak suka basa-basi. Kalau lagi kesusahan pun, gue lebih milih jalanin sendiri tanpa harus bikin status supaya orang lain notice. Misalnya gue pernah ngalamin kondisi paling sulit: nggak ada uang buat makan sehari-hari atau bahkan kesusahan cari tumpangan buat jalan. Karena gue hidup mandiri dan statusnya buruh, ya mau nggak mau gue harus ngandalin gaji bulanan buat bertahan. Tapi meski begitu, gue jarang bahkan hampir nggak pernah ngumbar kesulitan itu ke media sosial. Kalau pun gue bikin status atau upload sesuatu, biasanya bukan tentang susahnya hidup, tapi lebih ke kerja keras atau usaha gue. Buat gue, itu semacam pengingat dan cambuk motivasi. Gue rasa, nggak ada gunanya bikin orang lain tahu penderitaan l...